Sebuah momen penuh inspirasi tersaji dalam peluncuran buku “Be Bold: Hidup Dipimpin dan Memimpin Bagi Kristus” yang berlangsung secara virtual melalui Zoom pada Jumat, 8 Agustus 2025. Buku yang mengangkat tema tentang pemuridan generasi muda ini ditulis oleh beberapa staf Perkantas yang berpengalaman dalam memuridkan. Acara ini dimoderatori oleh Briliant Josuna, pelayan siswa Perkantas Jember, dan menghadirkan dua pembicara utama, yaitu Kak Astri Sinaga dan sang penulis sendiri, Kak Rabea Merry Susana Seo.
Acara ini dimulai dengan sharing singkat dari dua mahasiswa sekaligus pemimpin muda, Reall dan Evelyn. Keduanya berbagi cerita tentang bagaimana mereka memuridkan anak-anak muda di tengah tantangan zaman, dan bagaimana kakak-kakak rohani mereka dengan tekun terus menuntun mereka. Pengalaman itu menjadi bukti nyata bahwa kepemimpinan yang otentik dan penuh relasi adalah jalan terbaik untuk membangun generasi yang kuat.
Dalam sesi diskusi, Kak Astri mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi generasi muda saat ini. “Hidup mereka lebih berat. Cara mereka bertahan berbeda. Mereka punya banyak ketakutan dan sering terjebak dalam budaya komparasi,” ungkap Kak Astri. Ia menekankan pentingnya interaksi yang lebih kuat untuk membantu anak muda menghadapi tekanan hidup. “Mereka itu bosan dengan informasi. Langsung saja ajak! Tunjukkan bahwa pemuridan ini fun. Fun itu nggak dosa,” tambahnya dengan penuh semangat.
Sementara itu, Kak Rabea membagikan pandangannya tentang bagaimana memuridkan dengan cara yang relevan dan otentik. “Memberi batasan, mengajak perjalanan bersama, dan menikmati langkah demi langkah adalah kuncinya,” ujar Kak Rabea. Ia juga menekankan pentingnya pengalaman nyata dalam proses memuridkan. “Betapa hebatnya experience! Generasi muda butuh lebih dari sekadar teori; mereka ingin melihat dan merasakan langsung.”
Selain membahas isi buku, acara ini juga menjadi pengingat bagi para peserta bahwa memuridkan bukan hanya tugas generasi muda. “Kalau kita sudah tua dan masih harus memimpin generasi ini, ingatlah bahwa kita adalah generasi pembelajar. Generasi ‘imigran’, kalua saya boleh bilang,” kata Kak Astri, menyemangati para peserta yang berasal dari berbagai usia. Generasi imigran ini maksudnya adalah generasi yang mau terus belajar walaupun di dalam kondisi yang berbeda-beda.
Pesan utama dari buku Be Bold adalah pentingnya menjadi otentik dalam memimpin dan memuridkan. “Otentik lebih baik daripada kepura-puraan,” tegas Kak Rabea di akhir sesi. Dengan gaya penulisan yang ringan namun mendalam, buku ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi siapa saja yang ingin menjadi murid sekaligus pemimpin yang berdampak. Buku ini merupakan sekuel dari buku Let’s Go: Sebuah Perjalanan Menjadi dan Menjadikan Murid. Bila dalam buku Let’s Go kita diajak melihat dari sudut pandang pemimpin kelompok, dalam buku Be Bold, kita akan melihat dari sudut pandang dik kelompok yang diwakilkan oleh tokoh Timmy–atau nama beken Timotius.
Peluncuran buku Be Bold tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga sebuah momentum untuk mengingatkan kita semua bahwa memuridkan adalah panggilan mulia yang membutuhkan relasi, pengalaman, dan keberanian. Bagi Anda yang ingin memahami lebih dalam tentang bagaimana memuridkan generasi muda dengan cara yang relevan, buku ini wajib masuk daftar bacaan Anda! (YGP)
