Description
Pada dasarnya buku ini merupakan tangisan penulis dari buku ini terhadap kondisi kekristenan Injili di Amerika Serikat. Kekristenan Injili mengklaim dirinya sebagai aliran kekristenan yang setia mengajarkan pemahaman doktrin firman Tuhan yang sejati dan menekankan kualitas standar-standar moralitas, ironisnya, data-data statistik terbaru yang diangkat penulis memperlihatkan jurang yang sangat dalam dan lebar antara idealisme Injili dengan realitas hidup pemeluknya. Dari soal uang, seks, rasisme, orang-orang Kristen Injili ternyata adalah kelompok yang memiliki perilaku lebih memalukan dari pada orang-orang di sekitar mereka. Bahkan Ron Sider dengan sangat jujur namun menyakitkan menyatakan bahwa hidup orang-orang Kristen Injili tidak ada bedanya dengan hidup orang-orang dunia.
Dalam analisisnya, Sider menemukan bahwa selain alasan praktis, alasan teologis juga turut berperan menciptakan kesenjangan antara idealisme Injili dengan perilaku orang-orang Injili. Ia menganalisis hal tersebut dalam Bab 3 melalui sebuah frase yang ia ambil dari istilah yang pernah di buat oleh seorang hamba Tuhan Jerman, Dietrich Bonhoeffer, Cheap Grace. Menurutnya orang-orang Kristen sekarang ini (bahkan termasuk para teolognya) sudah mereduksi makna keselamatan sekadar kepada persoalan terlepas dari hukuman neraka, mendapat hidup kekal, menganggap bahwa sebuah pribadi manusia sekadar terdiri dari jiwa saja. Ini mengakibatkan munculnya spiritualitas atau kerohanian yang individualistik dan materialistik: menekankan keselamatan jiwa dan akhirnya melupakan aspek tanggung jawab Kristen lain yang menjadi bagian/konsekuensi dari keselamatan itu. Selain itu ia juga melihat bahwa arti keselamatan begitu disempitkan sekadar mengucapkan seperangkat kalimat syahadat Kristen, meskipun tanpa pemahaman dan otomatis saya memperoleh asuransi keselamatan jiwa kekal. Untuk orang-orang bermental “cari aman” tentu ini merupakan cara yang sangat aman, cepat, ringkas, hemat, praktis untuk selamat tanpa lebih jauh memahami konsekuensi dan risiko-risiko yang juga ada di dalam berita Injil.
Pada bab 4 Sider menawarkan konsep-konsep Alkitabiah yang diharapkan dapat mengubah pola pikir orang-orang Kristen sesuai dengan firman Tuhan. Menariknya salah satu cara yang efektif menurut Sider dalam mengikis semua ini adalah lewat small groups (KTB).Meskipun buku ini berbicara dalam konteks Amerika tapi, seperti yang dikatakan oleh Pdt. Charles Christano dalam komentarnya terhadap buku terjemahan ini, sebenarnya realitas yang sama tidak luput pula dari konteks Indonesia. Sebab mau tidak mau dan suka tidak suka, model ibadah dan pengajaran Gereja-gereja Injili di Indonesia masih sangat American minded. Untuk itulah, dalam pengantarnya bagi edisi bahasa Indonesia, Sider mengharapkan agar budaya Kristen di Indonesia tidak dengan mudah meniru budaya kekristenan Amerika tapi dengan sungguh-sungguh mempelajari firman Tuhan dan memohon kepada Roh Kudus dalam doa untuk menemukan cara pemuridan yang paling tepat dengan budaya setempat.
Reviews
There are no reviews yet.