“Infinities hidden by a leaf, constellations hidden by a branch.”
(Dunia tak terbatas tersembunyi di balik daun,
alam semesta tersembunyi di balik ranting pohon.)
Richard Jefferies
Buku-buku yang baik telah menolong sebagian dari kita untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan, serta bertumbuh dan menjadi dewasa dalam iman. Sebuah film semi dokumenter Amerika pada tahun 1968 yang mencoba menangkap kehidupan esensial dari generasi hippie “flower power” di era 1960 an, mengangkat sebuah slogan “ We we are what we eat”. Ya, kita adalah apa yang kita makan. Jika buku adalah makanan bagi jiwa, saya pikir, kita adalah apa yang kita baca. Sama seperti kondisi fisik kita yang dapat berubah ketika kita mengubah apa yang kita makan, maka sikap kita akan berubah ketika kita mengubah apa yang kita baca. Buku yang baik adalah jalan menuju bahasa yang baik, pemikiran yang baik, dan sikap yang baik. Kata “Tao” dalam aksara Tionghoa artinya “jalan”, juga bisa berarti “terbuka”. Ketika kita membuka buku, jalan terbuka bagi kita. Hati kita terbuka. Hidup kita, masa depan kita dan kekekalan terbuka.
Ketika kita membaca, kita menemukan jalan yang tersembunyi. Kita dapat melihat semangat dan hati seorang penulis melalui sebuah buku, karena memungkinkan kita untuk berdialog dengan penulis saat kita membacanya.Kita juga melihat bahwa membaca dan menulis merupakan proses yang berbanding lurus. Jalan tersembunyi yang kita temukan saat membaca, dapat kita jabarkan dan petakan dengan indah melalui sebuah tulisan. Sehingga, tulisan itu menjadi panduan yang bermanfaat bagi pembacanya.
Membaca untuk Menemukan Terang
Di zaman Metaverse ini, membaca adalah pekerjaan yang tidak mudah. Ada banyak gangguan yang sering menghampiri. Bunyi notifikasi gadget, laptop dari berbagai aplikasi media sosial, email yang kita miliki, serta berita-berita terhangat yang masuk di halaman linimasa bermunculan silih berganti. Belum lagi, rutinitas hidup dan pekerjaan yang harus kita geluti dan lakoni sehari-hari.
Di tengah distraksi yang ada di sekeliling kita, Tony Reinke dalam bukunya “LIT!” mengajak kita melakukan kegiatan membaca sebagai perjalanan untuk menemukan “terang”. Hal ini perlu dilakukan dengan tekad yang besar dan kuat. Jika tidak, saya dan Anda akan gagal untuk menemukan makna dari membaca. Dan, untuk mendapatkan manfaat kekal dari membaca, kita harus melibatkan Kristus di dalamnya. Karena, memiliki pikiran Kristus adalah dasar untuk melihat semua pengetahuan dan pelajaran yang baik, benar dan sehat.
Inspirasi Menulis
Ketika kita telah menemukan makna melalui proses membaca, maka proses selanjutnya adalah menuangkannya dalam rangkaian kata, kalimat dan prosa. Kita memerlukan inspirasi dari Allah saat mulai menulis, melalui telinga yang terbuka, yang mau mendengar kata-kata dan pemikiran bijak yang memberi kehidupan. Kita juga perlu berdoa bagi para pembaca tulisan kita, karena proses ini adalah misteri Ilahi.
Richard Jefferies, penulis Inggris mengatakan bahwa “Dunia tak terbatas tersembunyi di balik daun, alam semesta tersembunyi di balik ranting pohon”. Melalui terang dan manfaat kekal yang kita dapatkan dari membaca, maka Roh Kudus akan menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi, sehingga tulisan kita akan menghadirkan kejutan-kejutan spiritual dan kegairahan rohani bagi para pembaca.
Ruang Baru bagi Literatur Perkantas Jatim
Sejak tahun 2020 kami memulai sebuah fase baru. Ketika pandemi melanda dunia, tak terpikirkan kala pintu-pintu dalam rumah tertutup, pintu-pintu sosial media yang lebih luas malahan terbuka lebar. Kami mulai merintis sekolah menulis untuk siswa, lalu membuka Bengkel menulis untuk mahasiswa melalui media zoom. Mengadakan temu penulis, lomba dan tantangan menulis menulis secara online, respon yang sangat aktif kami dapatkan dari banyak orang terutama para followers kami di Instagram dan FB. Kami bekerjasama dengan berbagai rekan-rekan yang memiliki beban dan visi dalam kepenulisan, ada banyak tulisan-tulisan yang sangat memberkati tercipta. Grup-grup WhatsApp kami begitu ramai dengan diskusi, hingga akhirnya kami menggabungkan semua kegiatan ini dalam 1 komunitas yang kami sepakati bernama “Pena Murid”. Bersama komunitas ini kami mengajak rekan-rekan yang memiliki minat menulis untuk mengembangkan potensi menulisnya dengan baik dan membagikannya melalui sosial media yang mereka miliki.
Terobosan baru kami lakukan lagi pada 2021, diawali dengan kegiatan kampanye membaca bersama selama 20 menit per hari selama 30 hari, para followers akhirnya bersemangat mencipta sebuah komunitas membaca, kami menamainya “CheeReaders”. Kami berharap menjadi pembaca yang bersemangat membaca bukan untuk diri kami semata tapi membagikannya bagi banyak orang dan menjadi berkat.
Tahun 2022 muncul kembali ide baru yang Tuhan beri untuk kami merintis sosial media sebagai pendukung IG promosi, kami menamainya “ Rima Rilis” akronim dari Murid membaca Murid menulis. Kanal Instagram ini kami gunakan untuk mengkampanyekan kerinduan kami untuk mengajak generasi -generasi muda untuk semakin banyak membaca dan menulis terutama di era yang sangat terbuka dengan informasi ini. Kami merindukan agar mereka bisa menjadi berkat dari karya tulis dan hasil bacaan yang mereka lakukan.
Harapan kami ruang-ruang baru ini bisa terus kami jaga dan pelihara. Kami merindukan agar lebih banyak lagi generasi ini boleh mengalami kegairahan Rohani melalui membaca dan menulis, sehingga hidup mereka bertumbuh, berbuah dan makin menjadi berkat bagi sekitar. **Ria Agustina
(* Penulis melayani di pelayanan Literatur Perkantas Jatim , bersama beberapa rekan staf Jatim yang memiliki beban menulis menggagas Komunitas Pena Murid pada tahun 2020 dan merintis komunitas membaca “ CheeReaders” pada tahun 2021, saat ini Ria berfokus mengembangkan literasi dan menerbitkan buku-buku dari penulis lokal)